PROYEKSI DAN PERAN DAKWAH MASYARAKAT DAN KAMPUS






PENGERTIAN DAKWAH

Dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan bijaksana dan pelajaran yang baik serta mencegah manusia berbuat keburukan dengan cara terbaik sehingga mereka mengingkari thagut dan beriman kepada Allah semata. Dasar pengertian dakwah di atas di tegaskan di dalam surat An-Nahl ayat 125 dan surat Al- Baqarah ayat: 256, artinya bahwa dakwah ini adalah bagian dari syariat Islam, bagi pelakunya akan mendapatkan imbalan pahala/keutamaan manakala ia melaksanakan perintah untuk menjadi pendakwah (Da’i). Spirit menjadi da’i ini adalah spirit Rabbani, karena ia bersumber dari Rabb semesta Alam yang menjadikan segala sesuatu pada porsinya. Siapapun yang menjadi pelaku dakwah maka ia akan mendapatkan imbalan itu. 

KEUTAMAAN DAKWAH 

Kami sendiri sangat mengharapak menjadi Da’i sejati kapan dan dimanapun kami berada, bagaimana tidak? Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dan Ahmad : Rasululah SAW berkata kepada Ali bin Abi Thalib, “Demi Allah, sesungguhnya, Allah SWT menunjuki seseorang dengan (dakwah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” Unta merah adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab saat itu. artinya bahwa pahala dakwah itu lebih baik dan besar dibandingkan unta merah itu sendiri yang menjadi kendaraan terbaik yang kita banggakan.  Motivasi lain adalah hadist yang di riwatkan oleh Tirmizi : “Seorang yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya) akan dipanggil sebagai orang besar (mulia) di kerajaan langit”.
  
 Penghargaan Allah SWT bagi para Da’i ini menjadi motivasi tersendiri bagi kita sebagai hamba yang terpilih menjadi Da’i lewat seleksi alam yang Allah lakukan. Mengapa saya katakan seleksi alam? Karena meskipun banyak yang mengetahui imbalan pahala dari profesi da’i ini, namun tidak semua bisa melekat pada dirinya karakter sebagai da’i ini. Sehingga dalam perjalanan dakwah nya para da’i ini akan berguguran di jalan dakwah. Bisa kita katakan bahwa nilai dakwah ini tidak sembarangan orang bisa menyampaikannya, karena ia adalah nilai-nilai Ilahiyah yang bersumber dari Sang Ilahi. Mereka yang tidak ikhlas dalam penyampaiannya dan ada kepentingan duniawinya maka ia akan terlempar dari arena Dakwah itu sendiri. Tidak ada satu amalpun yang akan di terima Allah Swt manakala tidak di landasi ke ikhlasan, termasuk amal dakwah yang dakwah ini adalah milik Allah Swt sendiri. Allah telah memilih para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan risalah dakwah ini. Dan dalam perjalanan dakwah ketika mereka menghadapi tantangan dan kesulitan di medan dakwah maka mereka selalu kembali mengadu pada Allah Swt. Meminta kepada Allah agar diberikan solusi dan jalan terbaik buat mereka.

Betapa Nabi Muhammad sangat mencintai ummatnya, sangat ingin mereka beriman pada Allah SWT yang akanmenyelamatkan mereka dari azab api neraka, sangat ingin bebean itu lepasdari ummatnya. Namun tidak semua ummatnya memilih untuk mengikuti jalan yang telah ditempuhnya. Allahpun membesarkan hati baginda Rasulullah Saw, dengan pernyataannya dalam surat At-taubah ayat 129: “Jika mereka berpaling maka cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia dan kepadanyalah kamu berserah diri Hai Muhammad dan Dia Rabb di semesta Alam”. Bahkan di antara para nabi dan rasul itu ada yang sangat panjang usia dakwah nya tapi sangat sedikit pengikutnya. Kita ingat betapa Nabi Nuh telah mengajak ummatnya siang dan malam, namun sedikit sekali yang mau mendengarkan dakwahnya. Nuh pun mengadu kepada Allah Swt yang ytercantum dalam surat Nuh Ayat 5 : “Nuh berkata, Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah mendakwahi kaumku malam dan siang”. Betapa intensive dan masif nya dakwah nabi Nuh, betapa maksimalnya dakwah itu dilakukannya, namun istri dan anak-anaknya pun tetap menolaknya, sehingga merekapun terbenam dalam air bah hukuman allah itu. hal ini menegaskan kepada kita bahwa memang dakwah ini milik Allah SWT, Allah lah yang akan menunjuki mereka yang kita seru, ada campur tangan Allah di dalamnya, ada kesertaan Allah didalamnya, ada gerakan Allah dalam setiap ucapan kita sebagai Da’i. Tak pantas kita menyombangkan diri manakala mereka mau mengikuti kebaikan dari seruan kita. Dan tak pantas kita menghukum mereka manakala mereka menolak seruan kita. Mungkin lewat tangan kita mereka yang kita seru belum tergerak hatinya untuk mengikuti seruan pada kebaikan, lewat lisan orang lain bisa jadi mereka akan berubah.  Oleh karena itu wajiblah para da’i itu untuk selalu bersama dengan da’i lain dalam melaksanakan dakwahnya. 

KEBERSAMAAN DALAM DAKWAH

Menghadapi tantangan dakwah ini tidaklah menjadikan para Da’i mundur dari jalan dakwah ini, tidak mau lagi memilih jalan dakwah ini, melainkan harus semakin bergandeng tangan dengan para pelaku dakwah lainnya. Kembali merencanakan apa tindakan yang tepat, metode atau sarana lain apa yang akan di gunakan selanjutnya. Jurus-jurus dakwah baru akan menjadikan dakwah itu selalu hidup dan menjadi darah segar bagi jalan dakwah itu sendiri. Ide-ide kreatif dari pelaku dakwah itu selalu di nanti dan ditunggu keberadaannya.

Beban dakwah ini akan menjadi ringan manakala para da’i selalu bersama dengan para da’i lainnya. Kebersamaan dalam dakwah ini adalah sebuah keniscayaan, ia menjadi kebutuhan bagi para da’i. Rekayasa menghancurkan nilai-nilai kebaikan itu dilakukan oleh musuh-musuh Islam itu tidaklah sendirian, tapi mereka rancang bersama-sama sehingga mereka puas ketika melihat nilai-nilai kebaikan itu tidak muncul dipermukaan. Mereka puas ketika pelaku dakwah itu berselisih dan bercerai berai dalam mengembankan misinya. Oleh karena itu dalam surat Al-Kahfi ayat 28, Allah meminta kita untuk bersabar bersama para juru dakwah lainnya dalam mengajak manusia pada dakwah ini. Mengapa allah meminta bersabar? Karena tabiat dakwah ini adalah jalannya panjang, banyak tantangan dan sedikit rijal/penyeru dakwah itu sendiri. Hanya yang bersabarlah yang lulus seleksi dari Allah untuk dipilih jadi da’i sejati yang akan mengemban amanah dakwah ini. Mereka yang menjadikan dakwah sebagai profesi mereka, maka mereka sudah memilih sebaik-baik profesi. 

            DAKWAH ADALAH PROFESI TERBAIK

Menjadi Dai adalah Profesi terbaik bagi setiap pribadi muslim. Ucapan terbaik adalah ucapan orang yang mengajak pada kebaikan. Dalam surat Fushilat ayat 33 allah berfirman : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh, dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri”. 

 Apapun profesi yang kita emban maka profesi sebagai Da’i janganlah pernah kita lepaskan dari diri kita. Profesi sebagai Da’i harus selalu melekat pada diri kita. Sungguh mulia profesi ini, karena ia akan menjaga diri para pelaku dakwah itu sendiri. Menjaga diri Da’i dari berbuat yang mungkar. Bagaimana mungkin kita mengajak orang pada kebaikan sementara kita adalah pelaku maksiat. Bagaimana mungkin kita melaksakana kedhaliman pada manusia lainnya sementara kita adalah orang yang mengajak untuk berlaku adil pada orang lain. Jadi kita sebagai da’i ini tidaklah boleh berkepribadian ganda. Bermanis muka di hadapan manusia, tapi di belakang mereka kita berlaku semena-mena. Allah mengingatkan dalam surat As-Shaf ayat 3: “Sangat besar kebencian Allah pada orang yang hanya mengatakan sementara dia tidak memperbuatnya”.    

            TANTANGAN DAKWAH 

            Kemampuan adaptif bagi para pelaku dakwah harus selalu muncul, mengingat situasi dan kondisi dunia dewasa ini berikut tantangannya juga selalu berubah dan berkembang. Indonesia sendiri sebagai sebuah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia pun terus menjadi sorotan dunia, berbagai upaya penyesatan ummat di lakukan, sehingga terasa begitu beratnya menghadapi tantangan ini. Kita yang menetap di indonesia ini, khususnya di DKI Jakarta sebagai pusat ibukota negara harus selalu mengambil peluang peluang dakwah ditengah-tengah tantangan dakwah ini. Peristiwa 121 telah menjadikan itu sebagai suatu moment bagi ummat untuk bangkit. Moment itu telah menjadikan ummat Islam di Indonesia bangkit bersama, perbedaan yang ada menjadi hilang karena ada misi bersama yang lebih penting. Pembantaian ummat islam Rohingnya telah menjadikan dunia terbelalak matanya, ummat Islam pun bersatu padu membantu Ummat Islam di sana. Pembantaiam ummat Islam di satu sisi belahan dunia tapi ternyata itu pula yang menjadikan ummat ini bersatu. Artinya dibalik ancaman dan tantangan dakwah maka akan ada pergerakan dakwah baru yang akan terjadi. Menjadikan tantanagn dakwah menjadi peluang dakwah.
           

MENGAMBIL PELUANG DAKWAH

Kesempatan dan amanah dakwah di Indonesia ini bagitu banyak yang dapat kita ambil. Bisa mengambil segmen dakwah di parlemen atau non parlemen, segmen dakwah di eksekutif atau non eksekutif, peluang dakwah di sekolah/kampus/pasantren,  peluang dakwah di Majlis Taklim, peluang dakwah di Masjid, perkantoran, dll.
            Semua peluang dakwah itu harus menjadikan kita berada di salah satu atau beberapa lahan dakwah tersebut dengan menggunakan berbagai sarana dakwah, baik lewat lembaga/yayasan/organisasi.
            Kedepan saya sebagai kader dakwah yang telah bergabung dalam harakah Islamniah ini,  akan berusaha mengambil peluang-peluang dakwah itu.  Peluang dakwah terbesar saya adalah:
1.      Majlis Taklim (MT)
Majlis taklim di Jakarta ini tumbuh subur. Turun menurun majlis taklim itu dikelola oleh keluarga/masyarkat. Ia menjadi kuat karena masyarakat mendukung untuk selalu hadir dalam setiap kegiatan majlis taklim. Bahkan di antara mereka ada yang menghadiri kegiatan majlis taklim 3x dalam sehari di tempat yang berbeda. Pengelolaan MT ini di Jakarta terkadang belum menyentuh pada sisi tsaqafah Islamiah nya, sementara sisi ruhiahnya, ibadahnya lebih besar porsinya. Bukankah ibadah orang yang berilmu lebih mulia di sisi Allah?

            Dari uraian di atas betapa besarnya pengaruh seorang kader dakwah manakala bisa mengisi sisi-sisi kosong dari majlis taklim, yaitu memberikan pemahaman islam pada mereka, megkaji Ayat-ayat Allah, bukan hanya sekedar membaca yasin dan tahlil saja dalam hari-hari mereka di MT.
Adapun langkah-langkah yang sudah dan akan saya sebagai Ibu dan Dosen/Pendidik lakukan untuk mengambil peran dakwah di masyarakat adalah sbb :

a.      Berusaha hadir di acara MT
Kehadiran kita ditengah-tengah mereka dalam aktifitas majlis taklim sangatlah tepat. Mereka akan menjadikan kita bagian dari mereka. Kebersaman kita dengan mereka akan menjadikan kita mudah mewarnai mereka dengan nilai-nilai islami. Pengaruh dari interaksi masyarakat dengan kader dakwah yang telah terwarnai dengan nilai-nilai islam itu pasti akan ada. 10 muwassafat yang telah terwarnai pada diri kader akan menjadikan contoh teladan pada setiap anggota MT. Semakin sering kita berinteraksi dengan mereka maka akan semakin mudah nilai islam itu sampai pada mereka. Dakwah bilhal akan terjadi. Apalagi di tambah dengan dakwah billisannya, dakwah fardiah nya.   
             
b.      Merasakan apa yang mereka rasakan
Dapat dilakukan dengan
·         mendengarkan curhat mereka lalu berikan solusi yang tepat jika dibutuhkan.
·         Menjenguk mereka/keluarga mereka ketika mereka tertimpa musibah atau acara walimahan dll.
·         Memberikan hadiah pada mereka pada moment tertentu.
·         Mendoakan mereka dengan tulus.

c.       Mengisi tausiah
Ketika kita sudah menjadi bagian dari mereka maka mereka pun akan sangat merasakan kehadiran kita dan merasakan keberatian kehadiran kita ditengah-tengah mereka. Teladan yang kita berikan akan menjadikan apa yang kita ungkapkan begitu tterkesan bagi mereka. Kecintaan dari merekapun akan kita raih. Mereka siap menerima tausiah-tausiah yang kita berikan. Allah akan mengikat hati hamba-hamba yang selalu ikhlas di jalan-Nya. Pengalaman kami ketika terjun ke MT ini memberikan tausiah dan nasehat lainnya adalah dengan kita selalu pro aktif dalam kegiatan mereka maka kita akan tau kapan moment yang tepat untuk kita halaqohkan mereka, bahkan ustzahnya dapat kita halaqoh kan dengan halaqoh tarbiah islamiah. Ketika ustzahnya bisa kita raih hatinya, maka jamaahnyapun akan mudah bersama kita. Betapa mereka sangat tsiqoh pada ustazahnya. Mari kita bekerja dengan cerdas dan bijak, sehingga tak ada tenaga yang sia-sia dan tidak kena sasaran dakwah. 

2.      Kampus
Dunia kampus adalah dunia intelek. Dunia akademik yang penuh dengan inovassi-inovasi baru dalam dunia dakwah. Pelaku dakwah di sana harus lah selalu dinamis mengikuti irama kebutuhan dunia kampus. Saat ini kampus menjadi lahan rebutan berbagai harakah karena dakwah di sana lebih mudah dimasuki oleh mereka yang berdakwah dengan hujjah-hujjah yang nyata. Mungubah pola fikir dengan logis akan dapat dilakukan dengan mudah bagi remaja menjelang dewasa itu.
Harakah kita pun telah mengambil peran besar dalam dunia kampus ini,dan dari dunia kampus inilah lahir kader kader tangguh di masa sekarang. Kajian-kajian ilmiah lewat brosur, mading-mading, masjid, mushalla dll. Menguasai masjid berrti meguasai lahan dakwah di sana.

            Saya sebagai dosen di Universitas Islam As-Syafi’iyah di jakarta akan berusaha mengambil peluang dakwah di sana. Dan akan bekerjasama dengan para dosen lainnya di kampus yang berbeda sehingga dakwah kampus akan semakin solit. Berusaha menjadi produsen ilmu dengan gelar Doktor yang melekat pada diri saya. Maka akan memudahkan saya menyampaikan dakwah di sana.
            Harus ada penataan yang baik di kampus, apalagi kampus sudah lama menjadi sasaran dakwah kita. Jangan sampai dakwah kehilangan jejak di suatu kampus tertentu, padahal dimasa llampau dia adalah tempat mencetak kader-kader dakwah.  Pewarisan semangat dakwah ini harus terus dilakukan, dengan sarana-sarana yang ada di kampus. Segala sesuatu yang direncanakan dengan baik maka ia akan terlihat rapi dan bersahaja, tidak terburu sehingga tidak maksimal hasilnya. Program-program dakwah akan terus bergulir walau lambat tapi pasti.
            Betapa kampus ini menjadi penyeimbang bagi pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, dunia akademisi ini akan menjadi pengontrol bagi pemerintah yang berjalan. Tak heran jika para mahasiswa akan turun ke jalan untuk demo manakala melihat adanya ketimpangan di pemerintahan tertentu. Kekuatan penyeimbang ini sangat di takuti oleh pemerintah. Oleh karena itu kesadaran berdakwah di kampus adalah wajib bagi kader dakwah ada peluang ke sana, baik dia sebagai mahasiswa, alumni, dosen atau tenaga kependidikan lainnya yang ada dalam kampus itu. marilah kita berikan waktu terbaik kita untuk mengajak insan kampus masuk dalam lingkaran dakwah kita.

3.      Perkantoran
Peluang dakwah di perkantoran juga sangat besar bisa dimasuki. Stres seharian bekerja akan terasa rileks manakala mereka mendengarkan ayat-ayat Allah.  Alhamdulillah saya sudah mencoba mengambil peluang ini, dan merasakan buah dari dakwah ini. Kelebihan mereka adalah kontribusi dana karena mereka punya penghasilan. Tidak bisa dipungkiri dakwah ini butuh pada maliah.
Alhamdulillah semua lahan dakwah di atassudah tertata dengan baik di DKI Jakrta, hanya tinggal bagaimana kita mengisi dan mendukung dakwah di segmen segemn tersebut.
Demikianlah tulisan ini sebagai rasa tanggung jawab sebagai kader dakwah, semoga kehadiran saya dalam dunia pergerakan ini akan menguatkan barisan dakwah ini.
4.      Menjadi pejabat negara
Sebagai kader dakwah saya juga harus berkiprah di pemerintahan, karena saya sebagai abdi negara (pegawai negeri). Namun peluang ini belum maksimal saya perankan, mungkin karena label yang melekat pada diri saya sebagai ibu dari anak-anak, istri yang harus kembali ke rumah. Masih ada tanggung jawab moral yang besar untuk selalu menjaga gawang di rumah bersama-sama dengan suami. Namun ketika saya melihat anak-anaksudah mandiri dan bisa memenuhi kebutuhan sendiri seperti di saat ini, maka saya akan berusaha masuk ke wilayah ini. Jenjang karier saya harus saya tingkatkan,alhamdulillah sekarang saya sudah golongan 4B dan pangkat akademik lektor. Kedepan akan berusaha menjadi professor, karena itu adalah penghargaan tertinggi bagi doesen di PT. Mendalami ilmu pendidikan ini dan mengambil specialisasi ilmu kependidikan itu sangat penting, sehingga keberadaan kita di dunia akademik dan masyarakat di akui, akhirnya penyampaian ilmu dan dakwahpun akan semakin mudah kita lakukan di pemerintahan. Posisi yang bisa di ambil di pemerintahan seperti menjdai staff ahli walikota bidang pendidikan, staf ahli menteri dan lain-lain.. hehehe atau menjadi walikota dan menteri itu sendiri.
Wallahuaklam bissawab.......semoga tulisan ini bermanfaat untuk pencerahan diri saya sendiri khususnya.

TERKIKISNYA AKHLAK PELAJAR KITA

Akhlak adalah tatacara berhubungan dengan orang lain. Akhlak pelajar yang luhur adalah yang terwarnai oleh Al-Qur’an yang tercermin pada akhlak Nabi Muhammad Saw. Kasus pembunuhan dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Nur’aini Lubis (63 th), yang dilakukan oleh mahasiswanya sendiri, Roymando Sah Siregar (21 th) hingga kini masih segar diingatan kita, bertambah catatan luka di dunia pendidikan, setelah sebelumnya banyak tragedi lain yang  belum terpecahkan. Sebagaimana diketahui peristiwa pembunuhan ini terjadi karena Roymando merasa sakit hati karena kerap ditegur oleh Almarhumah Nur’aini sang dosen ketika di dalam kelas. Dan juga Roymando merasa sakit hati karena diberikan nilai yang rendah. Sehingga dengan menggunakan belati dia menggorrok leher sang dosen di kamar mandi yang masih kampusnya sendiri. Betapa akhlak mulia  itu telah terkikis ketika “nafsu buas” itu telah menguasai diri mahasiswa itu walaupun dia sedang menempuh pendidikan di sebuah universitas Islam.
Keberanian melakukan kekerasan ditempat umum, di ruang terbuka, disiang hari pula, membuat hati kita semakin miris, pelakunya yang masih berstatus pelajar tanpa malu melakukan kejahatan. Kasus tawuran antar pelajar, antar sekolah hampir selalu bisa kita saksikan dan dengarkan di media massa, terkadang masih di jam sekolah dengan identitas pelajarnya atau ketika pulang sekolah setelah mereka janjian bertemu. Ada apa dengan pelajar kita? Lupakah mereka akan statusnya sebagai pelajar? Lupakah mereka akan adab-adab sebagai pelajar? Semakin terkikiskah akhlak pelajar kita, terkikis oleh tontonan kekerasan yang ditayangkan oleh tv, gadjet/youtobe, games online.
Betapa mulianya ajaran Islam yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan, memuliakan guru karena ketinggian ilmunya, sehingga diatur adab-adab seorang murid terhadap gurunya, tanpa adab itu maka transfer ilmu akan tidak ada artinya, karena akan mental semuanya, proses belajar berlangsung tanpa makna. Sebuah tantangan besar di dunia pendidikan saat ini dimana guru di kelas bukanlah satu-satunya sumber ilmu, karena pelajar bisa langsung mencari di internet tentang segala sesuatu yang sedang dipelajari, informasi yang diberikan oleh “mbah google”  menjadikan pelajar dapat mengkritisi langsung guru yang tidak tepat menyampaikan ilmunya.  Bagi pelajar yang tidak berakhlak maka dengan serta merta akan menghina gurunya karena ia merasa lebih tahu. Kesombongan ini akan menjadikan pelajar tertutup pintu hatinya, sehingga akan semakin sulit nilai-nilai kebaikan yang disampaikan guru/dosennya meresap ke dalam dirinya.
ALLAH MENJUNGJUNG TINGGI PENDIDIK ITU
Allah swt sendiri menyanjung tinggi orang yang berilmu yang dalam hal ini termasuk para guru/dosen yang telah melalui jenjang pendidikannya serta mendapatkan sertifikasi sebagai pendidik. Dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 Allah berjanji akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Selanjutnya dalam surat An-Nahl ayat 43 dan surat Al_Anbiya’ ayat 7 Allah mengajak kita untuk bertanya pada ahludzikri jika tidak mengetahuinya.  Dalam hadist yang diriwayatjan oleh At-Thabrani disebutkan: “ Pelajarilah oleh kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya”. Jadi salah satu cara memuliakan guru adalah  dengan bersikap santun dan hormat kepadanya sebagai cermin dari sikap kerendahan  hati seorang pelajar.
Dalam hadist lain Rasulullah Saw mengingatkan kepada kita semua bahwa “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama”. (HR. Ahmad dan di shahihkan Albani dalam shahih Al-jama’i). Tersirat pesan Rasulullah Saw bahwa mereka para Ulama (Ilmuan) yang mewarisi nabi, dengan kemulian ilmu dan akhlaknya wajib diperlakukan sesuai haknya sebagai orang yang berilmu. Akhlak serta adab yang baik merupakan kewajiban yang tidak boleh di abaikan bagi seorang pelajar. Dengan berakhlak yang buruk terhadap guru maka keberkahan ilmu itu tidak akan di dapatkan, “masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan”.
Imam At-Tarmidzi meriwayatkan bahwa dari Abu Umamah al-Bahlil, Rasulullah bersabda: “Kelebihan orang alim (ulama) atas ahli ibadat adalah seperti kelebihannku  ke atas orang yang paling rendah di antara kamu. Kemudian Baginda bersabda lagi : Sesungguhnya para malaikat dan penduduk langit dan bumi hingga semut dalam lubangnya beserta ikan bershalawat (berdoa) untuk orang-orang yang mengajar kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Thirmidzi).
PERLU ADA KUPASAN ULANG TENTANG AKHLAK PELAJAR ITU
Dalil-dalil di atas harus menjadi perhatian  kita semua, orang tua perlu mengingatkan kembali anak-anaknya agar dapat menghargai para pendidik mereka dalam hal ini guru/dosen yang selalu menyampaikan ilmu di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Perlu ada kupasan ulang tentang akhlak yang harus dimiliki pelajar di lembaga-lembaga pendidikan.
Adapun adab yang harus dibangun sebagai cerminan akhlak pelajar ketika sedang menuntut ilmu adalah hormat atau “ihtiram” pada guru, merasakan betapa Allah saja memuliakan orang berilmu, apalagi  kita pelajar yang sedang  menuntut ilmu, menjadi sebuah kewajiban juga untuk menghormati orang yang berilmu yang sedang hadir di hadapannya menyajikan beragam ilmu pengetahuan. Akhlak lain yang harus dimunculkan pelajar ketika bersama dengan guru adalah sifat sabar. Sabar mendengarkan petuah-petuah guru, sabar untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang kasar ketika menyanggah apa yang disampaikan guru, terkadang kita tidak sependapat dengan guru. Betapa Musa As yang haus akan Ilmu itu diceritakan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi, dimana Dia selalu bertanya ketika suatu peristiwa terjadi di hadapannya bersama dengan Khaidir sang guru, padahal Musa sudah diisyaratkan oleh gurunya agar tidak bertanya dan menyanggah apa yang dilakukannya. Rasa ingin taunya mengalahkan kesepakatan yang telah dibangun di antara keduanya. Betapa penasarannya Musa As ketika melihat peristiwa-peristiwa besar ada di hadapnnya, tiba-tiba Khaidir sang guru membocorkan sebuah kapal, tanpa ada yang menyuruh tiba-tiba Khaidir membangun kembali sebuah rumah yang telah rubuh. Naluri kemanusian Musa  timbul, yaitu rasa “penasaran” dan rasa “ingin tahu”.  Karena Musa melanggar kesepakatan itu akhirnya Musa ditinggalkan oleh Sang Guru itu setelah puas mendapatkan penjelasan, Musa tidak dapat ikut bersama dengan Khaidir lagi. Menjadi ibrah untuk kita sebagai pelajar bahwa menuntut ilmu itu diperlukan kesabaran terutama selama proses pembelajaran itu berlangsung, biarkan guru menjelaskan sepuasnya baru kemudian saat diberi kesempatan untuk bertanya kita berbicara. Perhatikan baik-baik adab mendengar dan berbicara, jangan memotong pembicaraan saat orang lain berbicara, apalagi yang berbicara itu guru.
Disisi lain guru juga dituntut untuk memperhatikan metodologi/strategi penyampaian  yang tepat, sehingga tidak menyebabkan siswa bosan. Berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas, kemudian menasehati dengan bijak anak didiknya, menyanggah dengan cara yang paling ahsan (terbaik), seperti yang Allah paparkan dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat: 125, sehingga tidak menumbuhkan kebencian dalam diri pelajar pada gurunya sendiri, guru harus menghadirkan kebersihan hati, kejernihan berfikir yang akan  menumbuhkan kecintaan murid pada ilmu sekaligus pada penyampai ilmu itu sendiri, peserta didikpun akhirnya  merasa butuh pada ilmu.
ORANGTUA PENDIDIK UTAMA
Penanggung jawab utama pendidikan anak adalah orang tua, 2/3 waktu anak dihabiskan di rumah, sudah selayaknya orang tua berkewajiban mengarahkan perilaku anak sehingga bertingkah laku sesuai dengan akhlak islami. Akhlah islami yang telah dituntun oleh Allah dan Rasulnya tidak akan ada artinya manakala anak tidak memahami dengan baik dan benar nilai-nilai tersebut. Orang tua harus memastikan bahwa anak sudah memahami dengan baik akhlak seorang anak terhadap guru, adab anak terhadap guru dalam mendengarkan pelajaran di kelas atau di luar kelas ketika pelajaran selesai diterima. Anak yang mempunyai akhlak mulia maka akan disenangi oleh siapa saja, karena manusia fitrahnya menyukai kebaikan dan membenci keburukan. Kemulian akhlak anak adalah cerminan mulianya akhlak orang tua sang anak. Orang tua kencing berdiri maka anak akan kencing berlari, pepatah itu patut direnungkan kembali oleh kita para orangtua, perlu melakukan ulang kaji apakah kita sering melakukan kekerasan pada anak? Apakah orang tua sering tak menghargai anak? Anak tak mendapatkan kesempatan melakukan dialog dan diskusi atas sikap-sikap orang tua yang tidak dia sukai. Perlakuan yang tidak baik dari orang tua ini menjadi contoh bagi anak dan melekat pada dirinya sehingga anak akan melakukan hal yang sama ketika ia tidak bersama dengan orang tua, termasuk pada teman dan gurunya sendiri. Anak yang sering dihargai pendapatnya di rumah maka ia akan menghargai pendapat teman dan gurunya di kelas ketika dia melakukan diskusi-diskusi di kelas, apalagi kondisi pembelajaran pada hari ini dituntut agar anak aktif di kelas, mengeluarkan pendapat-pendapatnya baik sebelum pembelajaran (pre test) atau setelah proses pembelajaran berlangsung (post test), bahkan anak dituntut mampu mengungkapkan konten (muatan materi) itu sendiri (presentasi).
PROSES PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA ANAK
Proses pembelajaran pada hari ini dituntut untuk berpusat pada anak bukan lagi pada guru, guru hanya mengarahkan anak (student centered learning). Alangkah dilematis jika anak kita tidak bisa mengambil andil dalam proses pembelajaran di sekolah, hanya karena ketakutan-ketakutan ketika dia akan berbicara,  takut tidak dihargai, takut salah sehingga malu dihadapan teman dan guru, tidak mampu berfikir kreatif  dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru karena anak terbiasa mendapatkan perlakuan searah dari orang tua. Semoga anak-anak kita mendapatkan perlakuan yang baik di rumahnya sendiri, sebagaimana anak-anak yang orang tuanya dicantumkan namanya dalam Al-Qur’an, yaitu Lukmanul Hakim yang penuh hikmah, Ibrahim As yang komunikatif, Ibunda Maryam yang qonitat, Ibunda Hajar yang selalu tawakal pada Allah.
ANAKMU ANAKKU JUGA
Secara umum kita sebagai anggota masyarakat mempunyai kewajiban menjaga dan mendidik anak-anak yang ada di lingkungan kita. Mereka juga anak kita, “anakku adalah anakmu dan anakmu adalah anakku, karena di sanalah juga anak-anak kita bermain, beribadah bersama di masjid ketika suara adzan berkumandang. Kita sebagai orang tua bagi anak-anak lain di lingkungan  berkewajiban juga menjaga akhlak mereka, karena akhlak anak kita sangat bergantung juga pada akhlak anak lain yang menjadi teman bermain mereka, ingat hadist tentang persahabatan yaitu berteman dengan tukang besi dan penjual minyak wangi. Bersahabat dengan orang soleh dan dengan orang yang jahat persis seperti berkawan dengan pengedar minyak wangi (akan terkena juga wanginya) dan tukang besi (akan menghembus juga bara apinya). Saling interaksi antar satu anak dengan anak lain bisa berefek positif bagi anak kita atau sebaliknya, bergantung pada kualitas akhak anak-anak itu. Namun manakala anak kita yang dominan dan menjadi leader di lingkungan bermain mereka maka akhlak anak kita akan terjaga bahkan akan mewarnai kebaikan di lingkungan dimana ia berada, namun sebaliknya akhlak anak kita akan terkikis manakala anak kita tidak bisa mendominasi teman-temannya. Disinalah peran orang tua menetralisir setiap nilai-nilai negatif yang masuk ke dalam diri anak kita sebagai efek dari pergaulan mereka.
MENGAWAL AKHLAK ANAK KITA
Jangan segan-segan bertanya pada anak apa yang ia alami ketika di luar rumah di saat kita tidak berada di sisinya, jangan segan membuka pembicaraan, agar anak juga terbuka pada orang tua. Apa yang dirasakan anak maka orangtua juga akan merasakan, empati pada anak menjadikan anak juga empati pada yang lainnya. Akankah akhlak anak kita terkikis jika sedemikian pengawalan orang tua pada anaknya yang berstatus pelajar itu? Marilah kita sebagai orang tua mengawal akhlak anak-anak kita, mendampingi anak-anak kita ketika dia bermain games online, ketika menonton televisi, dan aktifitas lainnya, mengisi kekosongan waktu anak-anak kita dengan bercerita padanya, kisah-kisah para sahabat dan sahabiah sukses sehingga mereka akan tahu role model dari akhlak mulia itu sendiri, menceritakan kisah-kisah para pahlawan yang telah rela mempertaruhkan nyawa mereka demi kemerdekaan tanah airnya di seantero dunia, di berbagai belahan bumi, sehingga anak-anak kita akan berjiwa heroik, terpatri rasa cinta pada tanah air, ingin selalu membela tanah air. Tidak ingin mati konyol apalagi sampai membunuh jiwa yang bukan haknya.
KHASANAH RCL, M.PD
Penulis adalah dosen PPS-UIA Jakarta
Ketua Komunitas Orang Tua Bijaksana (KOB) – PP Salimah

tulisan ini telah dimuat juga di http://www.salimah.or.id/2016/parenting/terkikisnya-akhlak-pelajar-kita

IBU INSPIRATIF ‘SEBUAH TANTANGAN DI ERA DIGITAL’ (2)

My Mother is My Inspiring Women.
Upaya penghancuran generasi Islam melalui berbagai media pada hari ini harus menjadi perhatian para ibu. Jangan biarkan anak-anak kita dididik secara tidak sadar dengan nilai-nilai yang mengotori otak anak kita, meniru kebiasaan-kebiasaan orang jahil yang dibenci Allah Swt ( QS 2:120), terbuang waktu mereka dengan sia-sia hanya ingin mendapatkan grade (tingkatan) tertinggi dalam permainan itu (QS 23: 3). Wajiblah bagi kita para ibu hari ini menjadi ibu inspirasi. ibu yang selalu menjadi motivator bagi anak mereka dalam melakukan aktivitasnya, terutama anak yang masih mencari pola dalam hidupnya, belum bisa membedakan mana yang halal dan haram, remaja yang masih gamang dengan nilai-nilai kebaikan.
Menjadi ibu inspiratif dalam tantangan zaman demikian pada hari ini tidaklah mudah. Ibu hari ini harus kreatif berfikir sebelum memberi nasehat  pada anak. Harus mampu menjadi sahabat bagi anak, teman dalam berdiskusi, anak akan bertanya, dan anak akan yakin dengan jawaban ibunya sehingga anak akan mudah diarahan sang ibu. Sudahkah kita bersahabat dengan anak?
Kunci sukses menjadi ibu inspiratif
Perpaduan nilai-nilai ilahiah dan fitriah adalah kunci sukses menjadi ibu inspirasi. Seorang ibu telah diberikan rasa cinta yang mendalam pada anaknya. Cinta fitri ini jika tidak dibingkai dengan nilai-nilai ilahiah maka ia akan buas, karena ‘cinta itu buta’. Cinta sejati pada anak tidak melupakan kita pada sang penganugerah cinta itu yaitu Allah swt. Apa yang Allah inginkan pada Anak-anak kita? Taat padanya, berbakti pada kedua orang tuanya, memuliakan dirinya dengan akhlak dan kesantunan diri, meninggikan derajat dirinya dengan ilmu, meraih cinta Allah dengan tidak hanya sholat 5 waktu tapi juga sholat tahajjud dan sholat sunnah lainnya, menjaga keiffahan dirinya dengan bekerja dan tidak meminta-minta, menjaga kehormatan dirinya dengan berpakaian syar’i dan menjaga adab-adab pergaulan, bersegera menunaikan hak-hak orang lain yang ada pada dirinya dan hartanya, terketuk sanubarinya ketika melihat penderitaan orang lain dan bersegera menolongnya, tidak menghancurkan dan merusakkan dirinya dengan pornografi dan narkoba, tidak terlibat  pergaulan dan seks bebas, tidak terlibat tawuran dan pembunuhan, rela berkorban demi membela agama, nusa dan bangsa, dan sejumlah tuntutan lain . Tentu banyak sekali yang Allah inginkan dari anak kita, bagaimana kita dapat membimbing anak-anak kita jika waktu anak sudah dicuri untuk hal sia-sia, dicuri oleh games online, sinetron liar di televisi, dicuri oleh dunia maya dengan WA, FB, instagram, telegram, line, youtube porno, yang menyita waktu anak. Belajar dan beribadah jadi tidak asyik lagi bagi anak, hablum minallah dan hablumminannas menjadi hampa bagi anak yang sudah terkena ‘penyakit mental’ seperti di atas. Hilang konsep diri anak, anak tidak bisa mengontrol dirinya. Tidak mampu memutuskan dan bersikap bijak pada dirinya.
Fenomena tingginya penggunaan gadget oleh anak dapat kita lihat pada sajian Republika.co.id.london yang menyajikan hasil penelitian yang telah dipublikasikan uswitch.com dimana lebih dari seperempat anak-anak di seluruh dunia memiliki komputer genggam sebelum usia mereka genap 8 tahun.
Ahli komunikasi dari Uswitch.com Ernest Doku mengatakan “Sekitar dua juta anak dibawah delapan tahun telah memiliki tablet. Orang tua merasa khawatir lantaran anak-anak merasa tidak lengkap jika tidak memainkan gadget. Orang tua juga mulai cemas akan kehilangan kontrol akan apa yang dilihat, ditonton atau apa yang dimainkan anak melalui gadget yang digunakan”.
Berdasarkan hasil survey, satu dari tiga anak bahkan mulai menggunakan smartphone ketika berumur 3 tahun. Satu dari sepuluh anak menikmati gadget dalam usia yang lebih muda yakni dua tahun. Fenomena ini menunjukkan, jutaan anak mengalami kecanduan gadget. Peneliti mewawancara 571 orang tua yang memiliki anak usia dibawah 16 tahun. Para orang tua itu memandang kebiasaan hi-tech tersebut sebagai tanda telah terobsesi dengan teknologi. Seperempat responden menyatakan anak-anak mereka merasa’hilang’ tanpa adanya teknologi. Seperempat orang tua juga mengaku akan menghabiskan lebih banyak uang untuk alokasi gadget dibandingkan tahun lalu.
Doku mengatakan bahwa orang tua perlu mengawasi apa saja yang dimainkan anak melalui gadget. Karena penggunaan gadget yang berlebihan berpotensi mencekik pengeluaran lantaran banyaknya aplikasi game online yang berbayar alias tidak gratis. Raksasa teknologi Apple, pemilik merek iPad setidak telah mendapatkan 32,5 miliar poundsterling untuk pembelian aplikasi.
TUNTUTAN IBU DIERA DIGITAL
Menghadapi tantangan di atas maka menjadi ibu diera digital pada hari ini dituntut untuk:
  1. Membingkai dirinya dengan ketakwaan pada Allah swt. Menanamkan nilai-nilai keilahian pada dirinya, menginginkan anak yang cerdas spiritualnya maka ibu juga harus cerdas spiritualnya bahkan sebelum anak terlahir dari kandungannya, ala bisa karena biasa. Kita ketahui bahwa disamping kecerdasan majemuk yang ditemukan Howard Gardner juga ditemukan adanya kecerdasan spiritual oleh Danah zohar dan Ian Marshall. Pengembangannya sangat bergantung pada kemampuan orang tua dan ibu khususnya pada masa keemasan anak yaitu 4 tahun pertama. Proses pembentukan ketakwaan ini terus berlangsung dan sangat mengandalkan kejernihan hati sang ibu. Rasulullah saw bersabda, “Attaqwa ha huna” sambil menunjukkan ke dada nya. Hati yang telah tercelup dengan cahaya ilahi mampu memberikan sinar berarti bagi kehidupan sang anak. Menjadi pengikat batin antara ibu dan anak. Firman Allah yang menyebutkan bahwa hanya orang mukmin yang bersaudara dalam surat Al-Hujurat, harus menjadi perhatian bagi setiap ibu, karena ini juga berlaku untuk ikatan batin antara ibu dan anak, apalagi sdh menjadi fitrah bagi semua anak untuk mencintai ibunya, begitu juga sebaliknya ibu pada anaknya, tapi dengan ikatan taqwa ini akan mengekalkan ikatannya sampai ke akhirat nanti. Inilah impian keluarga muslim, bisa berkumpul kembali dengan keluarga kita di JannahNya.
  2. Mengoptimalkan ibadahnya kepada Allah Swt. Niat ikhlas seorang ibu dalam beribadah mampu memberikan bekas yang berarti pada anak ketika ibu memberi nasehat, menumbuhkan rasa cinta yang mendalam sang anak pada ibunya. Ibu yang dicintai oleh Allah setelah berkomunikasi dengan Allah dalam ibadahnya akan pula dicintai oleh anaknya disamping oleh seluruh penduduk bumi karena dalam hadist Rasulullah pernah mengatakan bahwa, jika seseorang telah dicintai Allah maka Malaikat akan disuruh oleh Allah untuk membisikkan pada manusia lain bahwa Allah mencintainya. dalam hadist riwayat muslim disebutkan bahwa “sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan memanggil malaikat jibril. Allah akan berkata kepadanya, “sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka hendaklah Engkau juga mencintainya”. Maka jibrilpun akan mencintainya. Kemudian malaikat jibril akan berseru di langit dengan mengatakan, “Sesungguhnya Allah Swt mencintai si fulan, maka cintailah si fulan, kemudian penduduk bumi akan mencintainya”. Bagitu juga sebaliknya jika Allah murka pada seseorang. Semoga kita bisa menjaga ibadah kita sebagai salah satu modal menjadi ibu bijak yang menjadi inspirasi bagi anak kita.
  3. Meluangkan waktu terbaik untuk anak. Anak ketika terlahir kedua ini terus diberikan kemampuan belajar oleh Allah Swt, kemampuan adaptasi dengan lingkungan di mana ia berada. Berbagai teori belajar yang ditemukan oleh Ahli, ambil satu teori saja misalnya teori tabularasa ( anak bagai kertas putih, tergantung siapa yang mewarnainya). Ini menunjukkan bahwa anak sangat bergantung pada siapa yang mengajarinya dan menorehkan pengalaman kehidupan bagi dirinya. Siapkah kita sebagai orang tua meluangkan waktu kita untuk menemani anak kita belajar? Menemani berarti menuntut adanya waktu yang kita berikan pada anak kita. Tidak membiarkan anak kita sendiri dengan Gadget di tangannya. Tidak membiarkan anak kita sendiri di hadapan TV atau media lainnya.
Semoga semakin hari kita sebagai orang tua semakin bijak mensikapi pertumbuhan anak-anak kita. Senantiasa membekali diri dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, sehingga kita tahu efek positif dan negatif dari keajuan teknologi ini, dan biaa bersikap bijak dalam mensikapi penggunaan hi-tech bagi diri kita dan anak- anak kita.

profil diri

Hasanah yang di lahirkan pada tanggal 12 Maret 1971 di Banda Aceh adalah ibu dari 5 anak, yaitu Hilwa Salsabila Mahasiswa fakultas kedokteran Unsyiah Aceh, Naqiyya Az-Zuhra Mahasiswa Psikologi UNPAD, Muhammad Qayyim yang akan melanjutkan pendidikannya ke Unuversitas Selangor Malaisia jurusan bisnis manajemen, Fathinah Shabirah siswa kls 2 SMPIT Buah hati Jakarta, Muzhaffar Akbar Siswa kls 6 SDIT Al hasanah Jakarta. dengan amanah 5 anak ini menjadikan Hasanah tidak bisa melepaskan aktifitas sehari hari dengan aktifitas Hasanah di rumah sebagi ibu rumah tangga, tiada hari tanpa menyiapkan bekal buat putra putri tercinta demi menggapai cita-cita mulia mereka, namun dalam kesibukan mengurus 5 putra putrinya itu, Hasanah masih menyempatkan dirinya untuk meningkatkan kompetensi dirinya bersama dengan mahasiswa UNJ (universitas Negeri Jakarta) lainnya meneyelsaikan study magister pada tahun 2008 dan doktoralnya pada tahun 2014.

Sebuah rahmat dari Allah SWT dapat menyelesaikan studi ini, karena menyelesaikan studi dengan tetap prioritas mengasuh anak dan mendampingi suami yang juga super luar biasa kesibukannya adalah sebuah tantangan tersendiri. Bersyukur pada Allah Swt,karena suami selalu mendukung untuk Hasanah segera menyelesaikan studi doktoral ini. Trimakasih sumiku tercinta. Suami Hasanah yang sering di sapa Bang Nasir Djamil ini, kesibukan kesehariannya adalah di Senayan sebagi anggota legislatif komisi 3 DPRRI, mewakili masyarakat aceh sejak tahun 2014 sd sekarang. Semoga apa yang mejadi keinginan masyarakat Aceh dapat di wujudkan oleh suami Hasanah. Tantangan Hasanah untuk selalu mendukung aktifitas suami agar selalu seiring dan sejalan walau dalam kesibukan aktifitas masing-masing. Saling menghargai dan saling mempercayai adalah sebuah jembatan untuk kesuksesan dalam menghadapi biduk rumah tangga.

Dukungan orang tua terutama Ayahanda Razali Cut Lani yang juga tokoh pendidikan di Aceh sangat berarti bagi Hasanah, My Father is My Inspiring. Kebanggan dan rasa bahagia tidak bsa tertutupi dari wajah ayahanda saat menghadiri sidang terbuka doktoral Hasanah pada tahun 2014 yang lalu.

Gelar doktor yang telah Hasanah sandang menantang Hasanah untuk mengembangkan diri di dunia kampus, Hasanah memilih untuk memasuki kampus Universitas Islam As-Syafi'iyah Jakarta, alasan pemilihan kampus ini karena kampus ini disamping aktifitas akademik yang bisa Hasanah lakukan, dia juga bisa menempa Hasanah sebagai dosen pasca sarjana di sana, juga dapat mengembangkan nilai-nilai keislaman di dalamnya, suasana islami terpancar di sana, mahasiswa dan dosen perempuannya menyelimuti tubuh dengan pakaian islami nya,terhijabi dengan baik. Suara azan selalu berkumandang di masjid kampus itu di 5 waktu, jamaahnya pun penuh, kupasan ayat-ayat Alquran setiap rabu oleh Rektor nya langsung merupakan sebuah daya tarik sendiri bagi penulis. Keramahan civitas akademika di sana semakin memicu Hasanah untuk pindah dari Dinas Pendidikan Aceh sebagai pegawai negeri sipil di sana ke Universitas Islam As-Syafi'iyah ini, Dosen PNS kopertis wilayah 3 DKI yang diperbantukan di sana.

Sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat maka Hasanah bergabung dalam ORMAS SALIMAH yang berpusat di Jakarta, jugabergabung di KOWANI (Kongres Wanita Indonesia), sebagai ketua Komunitas Orang Tua Bijaksana (KOB), ketua komunitas 'Guru Pembelajar'. Aktifitas soaial lainnya adalah di Majlis Taklim sebagia ketua majlis taklim Al Hasanah, bergabung juga Majlis Taklim Al-Ukhuwah, aktif mengisi di berbagai majlis taklim di Jakarta, mengsi pengajian di lingkungan tempat tinggal, di kalibata,Rawajati, Pengadegan dan Pancoran. mengisi kajian-kajian keislaman di perkantoran

Sebagai dosen yang mengajarkan mata kuliah Aplikasi Staitistika, Metodologi Pendidikan, Evaluasi Pendidikan, Performa Teknologi Pendidikan,  Hasanah aktif melakukan penelitian-penelitian bersama mahasiswa dan dosen atau penelitian mandiri, dan kini bergabung dalam LPPM UIA (Lembaga penelitian dan Pengabdian Masyarakat), juga menjadi tiem penyunting Jurnal Akademika yang dikelola oleh Magister Teknologi Pendidikan.

Menjadi penulis yang produktif adalah sebuah cita-cita yang sedang Hasanah Rintis, menjadi produsen ilmu. oleh karena itu untuk dapat mengekspresikan diri menjadi produsen ilmu ini, maka Hasanah membuat blog ini, semoga tulisan-tulisan Hasanah Dalam Blog ini dapat memberi sumbangan bagi dunia pendidikan di negeri ini, menjadi media berbagi pengalaman dan ilmu dengan ibu-ibu yang sedang mengasuh anak-anak mereka. pengalaman menjadi guru terbaik. 'Anakku adalah anak mu dan Anakmu adalah anakku juga', 'Bahagiamu adalah bahagiaku juga'



IBU INSPIRATIF ‘SEBUAH TANTANGAN DI ERA DIGITAL’ (bag 1)

Menjadi ibu itu sebuah anugerah yang patut di syukuri. Ibu lah yang melahirkan generasi pewaris bumi ini, yang akan menjadi pengelola alam raya. Begitu anak lahir bahkan masih di kandungan sang ibu, Allah telah mencurahkan rasa cinta yang mendalam terhadap anak.
Rasa cinta Allah tanamkan ke dalam sanubari sang ibu sebagai salah satu bentuk kasih sayang Allah Swt pada hambanya, agar terjaga setiap jiwa yang terlahir di muka bumi ini. Lihatlah bagaimana induk ayam menjaga anak mereka, siapa saja yang mendekat akan di ‘sikat’ dengan mulutnya, jika terus mendekat maka akan di kejarnya. Bahkan seekor ular berbisa pun dilawannya, demi menjaga dan melindungi anaknya. Insting kasih sayang yang Allah berikan pada binatang telah menjadikan anak-anak mereka nyaman dan tenang. Apalagi manusia yang tidak hanya diberikan insting tapi juga kelengkapan otak sebagai alat olah fikir, hati yang selalu menuntun dirinya. Ditambah lagi fisik yang sempurna, “Laqad khalaqnal insana fii ahsana taqwim….sungguh Kami telah menciotakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” QS At-Tin ayat 5.
Allah telah memberikan modal yang cukup buat sang ibu untuk menuntun sang anak. Tepat sekali jika ibu dikatakan sebagai madrasah/sekolah utama bagi anak-anaknya, ‘Al-Ummu madrasatul Ula’. Pelajaran tentang kehidupan yang diberikan oleh ibu menjadi salah satu faktor sukses anak di masa depan.
Lihatlah bagaimana Muhammad Alfatih muda dalam usia 21 tahun berhasil menerobos konstantinopel , menaklukkan benua eropa. Keberhasilan ini adalah juga keberhasilan ibunya sehingga Islam kembali berjaya dalam kekhalifahan Usmaniyah. Keseriusan dan kesabaran sang ibu membuahkan hasil yang luar biasa bagi peradaban Islam, cerita heroik Muhammad Alfatih selalu menjadi buah bibir dari ibu-ibu yang selalu menjadi inspirasi bagi anak-anaknya. Muhammad Alfatih kecil dibekali dengan berbagai ilmu oleh ibu dan ayahnya, dipanggilkan guru-guru terbaik buat mewujudkan cita-cita menjadikan Muhammad Alfatih sebagai pemimpin/panglima perang terbaik, karena ia ingin merealisasikan apa yang pernah diucapkan Rasulullah bahwa “kota konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam, pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukannya berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad bin Hambal).
Perkataan Rasulullah tersebut selalu terngiang-ngiang di hati sang ibu ketika melihat Alfatih semakin sempurna ilmunya, penguasaannya terhadap berbagai ilmu yang telah dipelajarinya baik ilmu agama, ketentaraan, sains, matematika, dan penguasaan 6 bahasa membuat ibunya tenang. Doa yang ia panjatkan dalam ibadahnya pada Allah mengiringi usahanya menjadikan Muhammad Alfatih sebagai penerobos konstantinopel. Apa yang diinginkan ibunya terwujud dalam peristiwa 1453, dimana pasukan Islam yang dipimpin Muhammad Alfatih berhasil merebut kekuasaan itu dari tangan penguasa kuffar setelah mengepung selama sebulan benteng konstantinopel.
Subhanallah sang ibu pengukir sejarah itu menjadi inspirasi bagi kita semua yang juga di amanahi anak-anak. Usaha apa yang harus kita lakukan agar kita siap menjadi ibu inspiratif? Ibu yang menjadi sumber inspirasi bagi anak sehingga mampu mengukir sejarah kegemilangan itu kembali. Harus kita sadari bahwa saat ini kita masih diperangi oleh musuh-musuh Islam yang tidak menginginkan nilai Islam itu melekat pada diri anak kita dan ummat Islam pada umumnya. Lihatlah mereka melakukan pencucian otak anak-anak kita dengan perang pemikiran. Dibalik permainan yang dimainkan anak-anak kita itu yang bernamagame online misalnya mereka pasangkan misi-misi merontokkan pemahaman anak haramnya melihat dan pamer aurat. Anak kita dibiasakan melihat sekitar wilayah dada, sekitar wilayah paha, bahkan adegan seks, kecup bibir dan adegan ranjang lainnya. Jika berjam-jam setiap hari mereka dibiasakan melihat itu, pasti otak anak kita akan luntur pemahaman tentang aurat yang diajarkan oleh guru dan kita sendiri, akan luntur pemahaman tentang seks yang islami. akankah anak kita terlindungi dari sikap islami lainnya jika  di otaknya yang ada sikap santai, selalu menjadi seperti anak kecil, ingin terus bermain, padahal fisiknya terus tumbuh dewasa sementara pertumbuhan otaknya tidak di barengi dengan pertumbuhan fisik dan mentalnya, bahkan otaknya rusuk oleh sajian pornografi yang bahaya nya lebih berbahaya dari kerusakan otak yang di akibatkan oleh narkoba. Nauzubillahi minzalik, akan jadi apa generasi yang begini???
Dr. Khasanah, S.Pd, M. Pd
Ketua komunitas Orang Tua Bijaksana.
Dosen UIA jakarta, Prodi Magister Teknologi pendidikan
 tulisan ini telah dimuat dihttp://www.salimah.or.id/2016/parenting/ibu-inspiratif-sebuah-tantangan-di-era-digital-bag-1 

‘SAVING’ DOA, MENUNTUN ANAK-ANAK KITA

“Siapa yang ingin doanya dikabulkan Allah Swt dalam bahaya dan kesusahan, hendaklah ia banyak berdoa dalam waktu lapang” (HR Turmudzi). Hadist yang disampaikan oleh Rasululah tersebut mengajak kita untuk perbayak permohonan pada Allah, perbanyak harapan dan keinginan terhadap anak kita, meskipun saat ini anak kita belum membutuhkannya. Ketika anak masih usia balita tapi kita sudah rajin berdoa untuk masa depan anak , agar ia menjadi ‘qurra ‘a’yun’ penyejuk mata kita dan kelak menjadi pemimpin bagi orang mukmin, “Rabbana hablana min azwajina wazurriyyatian qurrata a’yun, waj ‘alna lilmuttaqiina imama, Ya Tuhan kami anugerahkanlah pada kami dari istri (suami) dan anak-anak kami menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami (istri/suami dan anak anak) menjadi pemimpin bagi orang-orang yang beriman”.

 Berharap agar anak kita selalu bersama dengan komunitas yang baik bahkan dia menjadi pemimpin dalam komunitas dimana ia berada. kepemimpinan yang akan membawa pengaruh kebaikan yang lebih besar, mewarnai komunitasnya dengan kebaikan-kebaikan yang telah dibingkai oleh orangtuanya semenjak kecil melalui tangan orang tua sendiri atau orang-orang yang mencinta anak-anak kita. Berharap agar anak bisa menjadi cahaya bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya. Bagaimana Nabi Sulaiman menggunakan kekuasaannya untuk berdakwah pada orang di sekelilingnya bahkan pada Ratu Saba yang nun jauh di sana. Doa orang tua dan dirinya sendiri  telah menuntun Sulaiman As menjadi penguasa yang tidak ada tandingannya, semua makhluk ditundukkan Allah untuknya demi melaksakan niat sucinya untuk menebar kebaikan pada sekelilingnya, inilah doa itu: “Ya Tuhan Kami ampunilah aku dan anugerahkanlah padaku kerajaan yang tidak dipunyai oleh seseorangpun sesudahku” (Qs. As-Shaad ayat 35). Nabi Daud yang Allah berikan kekuatan dengan baju besi pun mampu dikalahkan oleh nabi Sulaiman. Orang tua dan anak senantiasa bersama –sama meminta Pada Allah, karena itu orang tua pun harus menggiring anak agar senatiasa memanjatkan doa buat dirinya untuk masa depannya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman tersebut.

Harapan Besar Doa Akan Dikabulkan

Doa yang dipanjatkan ibu/ayah boleh jadi beberapa tahun kedepan baru terwujud, tapi sang ibu/ayah sealalu melantunkan doa tersebut usai sholat atau ketika melihat sang anak dalam pangkuannya. Doanya begitu penuh harap sampai meneteskan air mata bahkan air mata itu mengena sang anak yang dalam pangkuannya, setelah berdoa dipeluknya sang anak dengan penuh harap pada sang penganugerah anak tersebut hidup. Pasti sang khaliq akan mengabulkan setiap doa hambanya yang di lantunkan dengan penuh harap, dengan keihlasan dan ketundukan di hadapan Sang Pengabul doa. Sebagiman rasul bersabda: “jika salah seorang di antara kamu berdoa maka hendaklah ia menunjukkan besarnya keinginan buat memperolehnya, karena tidak ada satupun yang dianggap besar oleh Allah SWT” diriwayatkan oleh Abu úwanah dan Ibnu Hibban.

Anugerah cinta suci sang ibu pada anak, akan menjadikan sang ibu selalu berharap kebaikan yang banyak bagi anaknya, sekarang dan di masa yang akan datang, ketika dia masih hidup atau sudah meninggalkan dunia ini, di dunia dan di akhirat.apa yang akan terjadi pada anaknya di masa yang akan datang tidaklah ada yang mengetahuinya, itu adalah rahasia Sang Pencipta. Pantaskah kalau begitu kita memperbanyak ‘saving doa’ atau simpanan doa untuk anak-anak kita? Anak adalah amanah yaitu titipan Allah pada kita, sewaktu-waktu dia bisa lepas dari tangan kita, bahkan tidak akan bisa kembali lagi karena ia kembali pada pemiliknya. Akankah kita mampu menghalangi nya ketka dia mengambinya dari tangan kita? Atau mapukah sang anak menghalangi ibu/ayahnya ketika dia akan pergi selama-lamanya? Keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki inilah yang memotivasi kita untuk senantiasa mendoakan anak-anak kita, juga sebaliknya anak pada orang tuanya. Anak yang sholeh senantiasa mendoakan orang tua nya seaklipun orang tuanya sudah tidak bersamanya,”Ya Allah ampunilah dosa/kesalahan orang tuaku dan kasihanilah keduanya sebagimana ia telah mengasihaniku di waktu kecil”.

Saving Doa Orang Tua Menjaga Harta Untuk Anak Kita

Kisah nyata yang dipaparkan Allah SWT dalam al-Quran pada surat Al-Kahfi ayat 77, yaitu Allah mencukupkan dan menjaga harta orang tua yang sholeh buat anak –anak mereka sekalipun ia telah meninggalkan dunia ini. Dalam surah Al-Kahfi tersebut Syuaib memerintahkan Musa untuk membangun tembok rumah yang telah mulai roboh itu, sekalipun Musa AS bingung karena penduduk kampung tempat mereka singgahitu, sangat tidak bersahabat dengan mereka tapi tetap Ia mengerjakan perintah guru itu,karena ia telah berjanji akan setia dengan gurunya. Musa protes dengan mengatakan “Jika Engkau mau, maka Engkau dapat meminta imbalan untuk itu”. Keraguan Musa tersebut ternyata di jawab oleh Khaidir dalam perpisahan mereka : “dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang sholeh, maka TuhanMu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya, sebagai rahmat dari TuhanMu. Apa yang ku perbuat buka atas kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya” (QS. 18: 82).

Hidayah ini milik Allah diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, harta anak yatim yang ditinggalkan orang tuanya itu di jaga oleh Allah dengan menggerakkan hati sang Khaidir untuk kembali membangun rumah yang telah mulai robah tersebut, karena di dalamnya ada harta  yang diperuntukkan orang tuanya buat anak mereka. Doa dan dari orang tua yang shaleh tersebut terkabulkan sekalipun dia sudah meninggalkan dunia ini, Maha Kuasa Allah SWT sang Pemelihara itu. Semua doa orang tua pada anak itu di dengarkan oleh Allah swt, dan Allah akan mengabulkan doa tersebut saat anak membutuhkan nya, baik itu kebutuhan lahir atau batinnya sebagimana yang di harapkan para orang tua dalam doa-doa mereka.


image via kutipanislam.wordpress.com

Saving Doa Akan Menjaga Anak Dalam Ketaatan

Doa Nabi Ibrahim pada anak  turunannya agar mereka senantiasa tunduk dalam ketaatan, selalu melaksakan sholat dikabulkan Allah sekalipun Ibrahim telah meninggalkan dunia ini, lantunan doa Ibrahim As ini di rekam oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim: 40 ‘rabijalni muqiimasshalati, waminzurriyyati, rabbana wataqabbal dua” Jadikanlah aku dan dan turunanku menegakkan sholat, wahai Tuhan yang mengabulkan doa.

 Doa Nabi Ibrahim tersebut telah menjadikan anak turunannya sampai hari ini ingin selalu dapat melaksakan sholat bahkan ditempat Ia dan anaknya Ismail membangun Ka’bah yaitu di kota Mekkah, berduyun duyun pengikutnya berdatangan setiap musim Haji dan diluar musim haji. Kebingungan pemerintah Indonesia mengelola keinginan anak turunn Ibrahim ini, menjadikan pemerintah harus membuat no antrian saampai dengan 20 tahun kedepan baru boleh berangkat ke kota Mekkah itu. Maha Suci Allah yang senantiasa mendengarkan doa hambanya itu.

Saving Doa Orang Tua Menjaga Anak dari Berbagai Kejahatan

Saving doa kita pun pada anak-anak kita akan menjaga anak-anak kita dari kejahatan yang ada di sekeliling mereka, yang bentuk kejahatan itu bermacam-macam bentuknya, karena rekayasa kejahatan itu terus berlangsung sepanjang masa. Nabi Luth yang telah dilanda ujian besar dimana pengikutnya melakukan kejahatan homoseksual, sekalipun beliau sudah mengingatkannya,tetap saja mereka keranjingan melakukan hubungan sejenis itu. Beliau bahkan tidak mampu membendung anak istrinya untuk melakukan perbuatan tercela tersebut, tapi Nabi Luth terus meminta Pada Allah dengan penuh iba pada sang Khaliq dengan lantuanan doanya pada Surat As-Syuara ayat 169: “Ya Tuhan kami, selamatkanlah diriku beserta keluargaku dari (akibat) yang mereka kerjakan”.

Sedemikian dahsyatnya kejahatan homoseksual itu sehingga keluarga Sang Nabi pun tertularkan penyakit nista ini, dahsyat sekali kejahatan ini. Kalau bukan karena rahmat Allah maka tiadalah mampu kita mencegahnya. Nabi Luth diberikan keselamatan oleh Allah, namun keluarganya tidak. Oleh karena itu senantiasalah kita tawakkal dan pasrah pada Allah dalam kita memanjatkan Doa itu. Allah berhak mengabulkan dan menolak doa itu. Nabi Nuh As pun tidak bisa memberi hidayah pada anak istrinya, mereka tidak mau ikut bersama nuh sekalipunn air bah telah ada di hadapan anak istrinya, mereka tetap tidak yakin dengan ayahnya bahwa ia seorang Nabi, tetap tidak mau istrinya beriman pada Allah SWT. Nyaris sekali padahal hidayah itu sudah di hadapan matanya. Hal ini mengingatkan kita bahwa tidaklah boleh ada kesombongan sedikitpun dalam hati kita ketika melihat doa kita diperkenankan oleh Allah Swt. Karena sesungguhnya anak kita adalah amanahNya.

Kejahatan telah menyerbu anak-anak kita, mereka selalu berada di sekitar anak-anak kita, kejahatan itu bisa setiap saat menimpa anak kita, lihatlah betapa kejahatan seksual yang menimpa Yuyun, kejahatan narkoba yang direkayasa dengan bungkusan permen, sehingga tanpa sadar anak kita kecanduan narkoba itu, kejahatan pornografi dan pornoaksi oleh mediaonline yang ditayangkan lewat games online yang dimainkan oleh anak-anak dilingkungan kita berada. Kejahatan itu akan menular pada anak anak lain manakala tidak ada antisipasi dan doa dari para orang tua yang sadar akan bahaya itu.

Tidak Hanya Sekedar Doa

Apapun harapan orang tua pada anak, Allah itu tahu. Allah tidak tidur dan tidak pula mengantuk, Allah melihat setiap gerak gerik kita dalam mendidik dan mengarahkan anak kita, sudahkan kita mengarahkan anak kita sesuai dengan harapan kita dalam doa kita? Usaha orang tua haruslah optimal, tidak cukup dengan doa saja. Allah tidak akan merubah nasib hambanya sebelum hamba itu berusaha megubah nasib dirinya sendiri. Anak yang telah terlanjur bergelimang dengan kemaksiatan dan kejahatan aka mampu kembali pada kebenaran manakala ada sikap-sikap positif dari orang tua yang menggiring anak itu untuk meninggalkan kejahatan itu. Menghidupkan dialok dengan anak, sehingga kita tahu mengapa anak melakukan kejahatan tersebut, orang tuapun tahu sikap apa yang harus segera dilakukannya demi menghindari anak dari terus melakukan kejahatan tersebut. orang tua berusaha menjadi teman bagi anaknya. Berusaha dekat dengan anak dan senantiasa dekat dengan Allah sehingga doa itu selalu megalir untuk putra putri kita.

Semoga doa kita selalu di ijabahi oleh Allah Swt, tidak berbatas oleh waktu dan tempat, dan semoga kita selalu dicurahi kesabaran ketika doa itu belum dikabulkan Allah Swt, karena Allah Maha Tahu kebaikan apa yang harus diberikan pada anak-anak kita. wallahu aklam bissawab.

by. Dr.Khasanah, M.Pd 
Dosen Pasca Sarjana UIA Jakarta
pengurus PP Salimah
pengurus Kongres Wanita Indonesia (KOWANI)